Budilaksonoputra.....Pada
tanggal 13-16 April 2015 peserta didik kelas XII SMA/SMK mengikuti Ujian
Nasional (UN). Bagi sebagian siswa dengan datangnya UN akan merasa senang
karena waktu lulus dari sekolah mau berakhir tetapi bagi sebagian siswa lain
juga merasa was-was bagaimana cara mengerjakan dengan benar biar bisa lulus.
Cemas
berlebihan bagi sebagian siswa pada saat mengikuti Ujian Nasional (UN) bisa menjadi hal sangat
menakutkan sehingga tak sedikit yang stres.
Menurut
psikolog anak dan keluarga dari Lembga Psikologi Terapan Universitas Indonesia
(LPT UI), Mira D. Amir, Psi, kondisi ini wajar asalkan anak mampu mengubah
kecemasan itu menjadi pemacunya belajar giat.
"Kecemasan
kecil itu good, bisa menjadi pemacu dia (anak) mempersiapkan ujian. Misalnya
dia belajar, mengulang, memantau hasil try out," ujar Mira saat dihubungi
Sabtu (4/4).
Mira
mengatakan, ujian semisal UN dapat menjadi salah satu stressor bagi anak,
karena harapan lulus ujian terganjal peluang yang terbatas. "Ada harapan
tapi peluang terbatas. Mereka harus melewati nilai tertentu. Masuk SMP atau SMA
punya nilai minimum tertentu," kata Mira.
Kendati
begitu, tak sedikit anak yang justru memandangnya sebagai kesempatan
mendapatkan nilai yang bagus.
Menurut
dia, setiap anak bisa mempersepsikan ujian secara berbeda. Jika cemas melanda,
kata dia, hal ini bisa berhubungan dengan latar belakang anak yang memiliki
kemampuan belajar berbeda-beda hingga kecenderungan dirinya mudah cemas.
"UN
bagi setiap anak bisa dipersepsikan berbeda-beda. Bisa jadi hal ini dipandang
sebagai kesempatan mendapatkan nilai yang bagus," tutur dia. Mira
menambahkan, rasa cemas dipandang negatif jika anak justru tak melakukan
apa-apa demi ujianya. (Sumber : Republika Online)
Maka
oleh sebab itu untuk mengurangi stress bagi murid jelang mengikuti UN, disini peran
guru dibutuhkan untuk terus memberi motivasi.