Budilaksonoputra.....Pada SMK dapat dikembangkan dengan menggunakan model
pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku. Model ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar, yang menjadi prinsip
dalam pembelajaran keahlian di SMK.
Pengelolaan di Sekolah Menengah Kejuruan sebisa mungkin
dilakukan usaha pola belajar tuntas. Peran guru dan karyawan non pendidik dan
elemen pendidikan saling berkerjasama, itu sangat penting untuk mewujudkan
suatu managemen yang bagus dalam pengelolahan system yang tepat akan
mengahasilkan pola system belajat tuntas akan berhasil.
Ada tiga upaya pendekatan dalam penerapan model belajar tuntas pada pembelajaran keahlian
di SMK adalah :
1.
Pelatihan Berbasis
Kompetensi
Penguasaan kompetensi peserta didik dapat melalui pelatihan
berbasis kompetensi yakni proses pengajaran dengan perencanaan yang baik
sehingga dalam pelaksanaan akan menghasilkan output yang baik. Tujuan dari
pendekatan ini adalah agar kegiatan yang dilakukan dalam proses pengajaran
benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai penguasaan
kompetensi yang telah diprogramkan bersama antara sekolah dengan dunia usaha
dan dunia industri.
Dengan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi ini,
pembelajaran pada intinya berisi seperangkat kompetensi yang perlu dimiliki
peserta didik melalui proses kegiatan pembelajaran yang memiliki ciri sebagai berikut
:
- Kegiatan
pembelajaran adalah penguasaan kompetensi oleh peserta didik
- Proses
pembelajaran harus memiliki kesepadanan dengan kondisi dimana kompetensi
tersebut akan digunakan
- Aktivitas
pembelajaran bersifat perseorangan, antara satu peserta didik dengan peserta
didik lainnya tidak ada ketergantungan
- Adanya
program pengayaan bagi peserta didik yang lebih cepat dan program perbaikan
(remedial) bagi peserta didik yang lebih lamban
Strategi pembelajaran ini menekankan penguasaan kompetensi
sesuai standar yang ditentukan, melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
secara terstruktur serta berfokus pada peserta didik melalui penyelesaian tugas
secara bertahap. Maka penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan pelatihan
berbasis kompetensi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Kurikulum harus
dikembangkan mengacu kepada standar kompetensi yang ditetapkan oleh
industri/asosiasi profesi, dan memuat isi yang menunjang pencapaian kompetensi
- Modul/bahan ajar harus
dikembangkan berdasarkan kurikulum dan standar kompetensi, serta mampu
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti program sesuai
dengan tingkat kecepatan yang dimilikinya
- Guru atau instruktur
harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya
- Peserta didik, telah
memiliki pengetahuan dasar yang memadai
- Kegiatan diklat
diorganisasi secara tepat agar dapat dilaksanakan secara fleksibel dan
memberikan perlakuan secara adil kepada peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
2.
Pelatihan Berbasis
Produksi
Proses pembelajaran keahlian atau keterampilan melalui pelatihan
berbasis produksi berdasarkan prosedur dan standar bekerja berguna untuk
menghasilkan produk sesuai tuntutan pasar atau konsumen. Tujuan pelatihan
berbasis produksi adalah ( 1 ) Membekali peserta
dengan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, sekaligus menghasilkan
produk yang dapat dijual. ( 2 ) Menanamkan pengalaman
produktif dan mengembangkan sikap wirausaha, melalui pengalaman langsung
memproduksi barang atau jasa yang berorientasi pasar
Pelaksanaan pelatihan berbasis produksi dengan penyelenggaraan
unit produksi bertujuan penyelenggaraan unit produksi, yaitu :
- Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengerjakan praktik yang berorientasi pasar
- Mendorong peserta
didik dan guru dalam pengembangan wawasan ekonomi dan kewirausahaan
- Memperoleh tambahan
dana untuk membantu mengatasi kekurangan biaya operasional sekolah, terutama
digunakan untuk perawatan dan perbaikan fasilitas
- Meningkatkan
pendayagunaan sumber daya pendidikan yang ada di sekolah
- Meningkatkan
kreativitas peserta didik dan guru
- Dapat mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik, terutama menyangkut keterampilan
yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan masyarakat, sehingga diharapkan dapat
lebih cepat menyesuaikan diri terhadap dunia kerja.
3.
Pelatihan berbasis
industri
Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap
peserta mengalami proses belajar melalui bekerja langsung pada pekerjaan yang
sesungguhnya. Pembelajaran system ini lebih dikenal dengan nama Pendidikan
Sistem Ganda (PSG)/Praktek Industri. PSG adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program
pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja
langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian
profesional tertentu.
PSG dalam pelaksanaannya, kedua belah pihak secara sungguh-sungguh
terlibat dan bertanggung jawab mulai dari tahap perencanaan program, tahap
penyelenggaraan, sampai pada tahap penilaian dan penentuan kelulusan peserta
didik, serta upaya pemasaran tamatannya.
Sekolah harus benar-benar menyiapkan peserta
sesuai dengan karakteristik dan tuntutan dunia kerja tempat berlatih karena di dunia kerja mempunyai iklim yang berbeda dengan di sekolah. Hal tesebut bukan
hanya menyangkut dasar-dasar kompetensi, tetapi juga menyangkut kesiapan fisik,
mental, wawasan dan orientasi kerja yang benar.
Pelatihan berbasis industri pada dasarnya memiliki nilai
kebermaknaan lebih tinggi, terutama dalam memberikan pengalaman secara langsung
kepada peserta didik. Selain itu dapat memberikan
pengalaman belajar dan bekerja bagi peserta didik sesuai dengan dunia nyata dengan keahlian yang dimiliki, sehingga lulusan
pendidikan kejuruan mampu bersaing untuk bekerja pada dunia usaha a/industri
sesuai dengan bidang keahliannya yang di berikan di SMK.