Budilaksonoputra.....Salam
insfiratif, Kisah seorang siswa yang diterima di UGM yang hanya putra dari
penjual es campur dan tukang parkir. Karena kebahagian mendengar anaknya
keterima di UGM, Sariyah memeluk erat
anaknya Hasan Basri (17) dengan rasa haru dan bangga. Mata Sariyah berkaca-kaca
setelah menerima kabar anaknya diterima di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Ilmu
Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada.
“Saya
senang dan bangga, keinginannya tercapai,” kata Sariyah mengenang peristiwa
satu bulan lalu saat tahu anaknya diterima kuliah di UGM.
Sariyah
mengatakan anak bungsu dari dua bersaudara itu sebelumnya Hasan sudah
memberitahu akan mendaftar SNMPTN memilih kuliah di UGM. Sebagai seorang ibu,
Sariah mendukung keinginan dan cita-cita anaknya. Ditemui di rumahnya Samirono,
Caturtunggal, Depok, Sleman, Kamis (25/06/2015), Sariyah sedang berjualan
sedang berjual es campur di depan rumah.
Suaminya
Siwit Budiono (49) bekerja sebagai tukang parkir. Menurut Sariyah penghasilan
dirinya dan suaminya tidak seberapa. Dari berjualan es, hanya bisa menyisihkan
uang sebesar Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu setiap harinya. Berjualan es campur
yang dirintis sejak 24 tahun lalu, suaminya, rata-rata membawa pulang uang Rp
30 ribu.
Meski
hidup serba pasa-pasan, kedua orangtua ini tetap berusaha keras membiayai kedua
anaknya agar bisa ke jenjang perguruan tinggi. Salah satu anak tertuanya, Rusli
Hasim, setahun yang lalu sudah lulus sarjana. Keluarga kecil ini menempati
rumah berukuran 4x12 meter persegi yang menurut pengakuan Sariyah rumah mungil
itu hasil warisan dari orangtua sebelah suaminya.
Meski
rumahnya nampak sederhana, namun kepada anak-anaknya Sariyah menerapkan sikap hidup
sederhana. “Kalo saya dan suaminya, pokoknya rumah nggak perlu, yang penting
anak-anak sekolah dulu,” tuturnya.
Meski
hanya berjualan es campur dan mengandalkan pendapatan dari tukang parkir,
sariyah mengaku bangga bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga selesai. Meski di
sekolah, kedua anak-anaknya tidak pernah mendapatkan beasiswa namun uang dari
pengahasilannya bisa membiayai sekolah kedua anak laki-lakinya. Setiap hari
diberi uang saku Rp 5 ribu untuk ke sekolah.
Sastra
Arab merupakan jurusan favorit menjadi pilihan Hasan Basri untuk kuliah di UGM.
Memilih jurusan tersebut karena terinspirasi oleh salah seorang guru ngaji di
masjid dekat rumahnya yang kebetulan kuliah di jurusan yang sama. “Kebetulan
yang ngajar kuliah di UGM, sehingga memotivasi saya,” ujar pria kelahiran 4
Maret 1997 lulusan MAN 1 Yogyakarta.
Dari
sisi prestasi akademik, di MAlN 1 Yogyakarta selalu dapat rangking lima besar
di kelas. Namun begitu, kemampuan bahasa arabnya tidaklah menonjol. Bahkan
Hasan mengaku sempat kewalahan berkompetisi dengan teman-temannya yang
kebetulan rata-rata jebolan pondok pesantren. Keinginannya saat ini memilih
kuliah Sastra Arab di UGM, Hasan berharap bisa mengantar dirinya meraih
cita-cita menjadi dosen. (Sumber : Kedaulatan Rakyat)
Semoga
kisah dari Hasan basri anak penjaul es campur yang keterima di UGM akan memberi
motivasi siswa untuk meraih cita-cita tertinggi. Biaya bukan sebagai kendala
dalam menuntut ilmu pendidikan, karena yang penting ada kemauan,ibadah, nekat tinggi
akan menemukan jalan kemudahan dalam menjalankan keinginan.