Budilaksonoputra.....FGD adalah
untuk memperoleh informasi dan data terkini dan mendalam terhadap usaha
bandeng, sehingga diharapkan dapat disinergikan berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh Dinas Perikanan Provinsi, Kabupaten/Kota dengan Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan, Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan, Balai Besar Riset
Pengembangan Produk dan Bioteknologi dalam upaya peningkatan usaha bandeng baik
dalam hal budidaya, pengolahan dan pemasaran.
A. FGD
Penerapan Teknologi Pengolahan Bandeng Mendukung Industrialisasi di Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
FGD industrialisasi
bandeng dibuka oleh Kepala Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan,
diikuti 36 peserta yang terdiri dari pembudidaya, pengolah, pemasar produk
olahan berbasis bandeng, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi/
Kabupaten/Kota (Maros, Pangkep, Bone, Pinrang, Makassar), Pengurus ASPUBI
dan tim pelaksana kegiatan industrialisasi bandeng.
Dalam rangka penyatuan
persepsi dan keterpaduan program kegiatan pada FGD disampaikan
materi tentang Industrialisasi Perikanan oleh Dr. Sunoto, MES (Penasehat
Kementerian Kelautan dan Perikanan)
FGD dihasilkan
beberapa poin antara lain sinergisitas antara pembudidaya dan pengolah perlu
ditingkatkan serta diperlukan adanya pelatihan CBIB dan pasca panen yang
baik (GHdP) sehingga mutu hasil panen dapat memenuhi persyaratan mutu pengolah
produk olahan bandeng. Hasil samping pengolahan bandeng tanpa duri berupa
tulang dan duri belum sepenuhnya dimanfaatkan sehingga diperlukan
bimbingan teknis diversifikasi bandeng dengan bahan baku tulang dan duri ikan
bandeng. Sebagian besar pengemasan produk olahan bandeng masih sangat sederhana,
diperlukan bimbingan teknis atau pendampingan usaha peningkatan pengemasan
produk olahan bandeng. Kultur masyarakat Sulawesi Selatan lebih menyukai
bandeng segar dari pada produk olahan sering dijadikan alasan oleh beberapa
pelaku usaha mengapa produk olahan kurang berkembang, sementara di sisi
yang lain diperoleh informasi dari beberapa pelaku usaha bahwa produk olahan
bandeng khususnya bandeng tanpa duri semakin hari permintaan semakin meningkat.
Oleh karena itu, kegiatan promosi perlu dilakukan secara masif dan
berkesinambungan. Sebagian besar pengolah menyampaikan kesulitan pemasaran,
sehingga perlu dilakukan pelatihan managemen dan strategi pasar. ASPUBI yang
telah dibentuk pada tingkat pusat perlu disebarluaskan dan diperlukan upaya-upaya
untuk pembentukan ASPUBI di wilayah provinsi, sehingga peran ASPUBI
dapat dirasakan manfaatnya dalam peningkatan usaha bandeng.
B. FGD Industrialisasi
Bandeng Prov. Jawa Timur
Pelaksanaan kegiatan FGD industrialisasi
bandeng di Provinsi Jawa Timur disinergikan dengan kegiatan Rapat
Koordinasi Pasokan Ikan Patin yang diadakan oleh Direktorat Pemasaran
Dalam Negeri dan dibuka oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan. Kegiatan FGD di Jawa Timur diikuti oleh 33 peserta
yang terdiri dari pembudidaya, pengolah, pemasar produk olahan berbasis
bandeng, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi/ Kabupaten/Kota
(Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Surabaya), Pengurus ASPUBI dan tim pelaksana
kegiatan industrialisasi bandeng. Dalam rangka memotivasi peserta dan penyamaan
persepsi antara stakeholder disampaikan arahan Ka BBP2HP dan materi tentang
Industrialisasi Perikanan oleh Dr. Sunoto, MES dan Ukay Karyadi, SE ME.
Selain itu juga disampaikan motivasi usaha oleh Ketua ASPUBI.
FGD industrialisasi bandeng di
Jawa Timur menghasilkan beberapa poin antara lain : beberapa pembudidaya
bandeng di Kab. Sidoarjo beralih pada nila karena ikan nila lebih tahan dan
pertumbuhannya dua kali lebih cepat daripada ikan bandeng. Pembudidaya bersedia
untuk menggunakan nener kualitas A namun sulit didapatkan karena sebagian besar
nener kualitas A diekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Perlu
upaya peningkatan ketersediaan nener berkualitas A dan merealisasikan Usaha
Pembenihan Rakyat (UPR). Kebutuhan bandeng di Jawa (khususnya Jatim) cukup
besar, namun pada tingkat supply bandeng terdapat siklus tahunan fluktuasi
(maret – pertengahan mei produksi turun). Hal ini disebabkan adanya bencana
banjir dan curah hujan yang tinggi.
Perlu segera diimplementasikan
SLIN untuk komoditas bandeng sehingga dapat menjamin ketersediaan dan supply
bandeng dan sarana cold storage untuk penampungan. Kegiatan
sosialisasi gemar makan ikan cukup efektif meningkatkan pasar produk olahan.
Pengolah cukup kewalahan memenuhi permintaan pasar, terutama target pemasaran
masyarakat kelas menengah ke atas. Namun bagi pengolah produk untuk kelas
masyarakat menengah ke bawah, kenaikan harga bahan baku merupakan masalah yang
serius. Perlu mendapat perhatian tentang pemberian bantuan yang tidak sesuai
spesifikasi yang diusulkan oleh pengolah sehingga tidak terjadi kesalahan yang
berulang.
Konversi lahan budidaya
menjadi lahan industri dan perumahan, khususnya di wilayah pantura (Gresik)
harus mendapat perhatian pihak KKP karena kelangsungan usaha pengolahan sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku antara lain hasil produksi
budidaya
(Sumber: www.teraskreasi.com)