Budilaksonoputro.....Kecenderungan kelulusan perguruan tinggi dan Sekolah Menengah Kejuruan memilih menjadi pekerja dibanding sebagai wirausaha, akan berbahaya saat Indonesia memasuki era " golden Demografi" dengan proporsi jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari yang tidak produksif. Karena pada saat Indonesia mendapat Bonus Demografi pada 2030 tidak semua angkatan kerja mendapatkan lapangan kerja.
PT Topindo Atlas Asia melalui Chief Marketing Officer Budhi Hendarto mengatakan hal tersebut diatas pada saat peresmian " Top 1 academy" untuk siswa-siswi SMK di Solo. Perusahan ini sebagai rintisan satu-satunya di Indonesia yang mendirikan akademi yang khusus memberikan pendidikan kewirausahaan bagi siswa-siswi SMK.
Menurut Budhi, Di akademi ini siswa-siswi SMK tidak diajarkan supaya menjadi pekerja bengkel tetapi setelah mereka lulus diharapkan menjadi wirausahawan bengkel Otomotif. Dengan cara ini, mereka akan mengatasi masalah Demografi. Sebab bila jumlah produktif yang tidak dapat lapangan kerja lebih banyak dari yang bekerja itu akan sangat berbahaya.
Suatu bangsa akan mencapai kesejahteraan bila jumlah wirausahanya lebih dari 2% dari jumlah penduduk. Padahal berdasarkan data statistik di Indonesia jumlah wirausaha baru sekitar 0,18%, Karena kecenderungan angkatan kerja ( lulusan Perguruan tinggi dan SMK ) yang memilih menjadi buruh atau pekerja. Itulah yang dituturkan oleh Budhi Hendartho mengutip pendapat pakar ekonomi.
"Perusahaan sebesar apapun tidak akan mampu menampung ledakan angkatan kerja pada era golden demografi. Oleh sebab itu kami mencoba mendorong agar generasi muda di SMK meningkatkan kemampuan kewirausahaan.
Budhi menambahkan, Perusahannya mendirikan akademi khusus tersebut agar yang menerima dana CSR mendapat manfaat yang berkelanjutan. Biasanya dana CSR diberikan kepada masyarakat untuk membiayai proyek-proyek fisik. "Proyek CSR yang kami salurkan tidak dalam bentuk uang, tetapi kami wujudkan dapat bentuk pendidikan. Ibaratnya kami memberikan kail kepada generasi muda, supaya mereka bisa mencari ikan dan juga dapat memberi kail kepada orang lain," ujarnya Budhi tersebut.
Di Akademi di Solo ini setiap angkatan dapat menampung 40-50 orang siswa-siswi dengan pelatihan selama dua bulan, dilanjutkan pendampingan selama dua tahun. Para peserta didik yang masih duduk di SMK, mengikuti pendidikan akademi seperti melakukan KKL. Setelah mereka selesai pendidikan dikembalikan kesekolah sampai lulus. Setelah lulus, mereka dipatok maksimal dua tahun harus sudah punya bengkel dan selama itu mereka tetap dalam pendampingan
"Setelah di Solo, Budhi menargetkan akan dibuka TOP 1 ACADEMY di 200 kota di 34 Provinsi . Dia berharap pemerintah provinsi membuka peluang tersebut, agar CSR yang digunakan bermanfaat untuk mengatasi masalah di era Golden Demografi
( Referensi artikel dari Pikiran Rakyat.com )