Budilaksonoputra.........
Kita mulai dengan renungan Mengapa Metamorfosa?
Seorang syeikh dakwah yang terkenal tajam bashirohnya pernah mengatakan bahwa
perubahan adalah sesuatu yang niscaya, "Bahkan ketika seluruh orang di
dunia telah berkumpul hatinya sebaik Rasululah SAW sekalipun, perubahan kearah
capaian-capaian yang lebih baik tetap perlu dilakukan", kata beliau. Sebab
perubahan itu adalahspirit utama kehidupan. Sesuatu yang tidak
berubah, seperti mengalami stagnasi kehidupan ataupun ruhnya telah mati suri.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa mereka yang hari ini tidak lebih baik dari hari
kemarinnya, maka ia termasuk kalangan pecundang.
Dalam gerak langkah dakwah, ada banyak rintangan yang menghambat kemajuan. Yang
dimaksud sebagai penghalang disini adalah cara pandang kita tentang dakwah.
Begini, sebagai aktivis, para murabbi kita dulu telah
mengajarkan bahwa dalam dakwah -dan Islam secara keseluruhan- ada hal-hal yang
bersifat tsawabit dan ada yang tergolongmutaghayyirat.
Hal-hal tsawabit ini adalah ketentuan yang baku, rigid, tidak
boleh dipertentangkan. Tidak ada ruang diskusi di sana. Ada pula hal-hal yang
mengandung prinsip murunnah, keleluasaan. Ia bisa berubah sesuai
tuntutan zaman, tuntutan keadaan.
Kuunu Rabbaniyyin
Ketika kesadaran berdakwah dan berjama'ah sudah kembali menancap kokoh dihati
kita, bergelora dan meluap-luap, sekaranglah saatnya berbenah diri. Menyiapkan
sebanyak-banyaknya untuk mengarungi medan dakwah yang semakin hari terbentang
semakin luas, menanam bibit kebaikan di setiap tanah kosong yang kita temui.
Imam Thabari menjelaskan berbagai pendapat ulama tentang pengertian rabbani,
kemudian beliau menyimpulkan; pertama, Rabbani adalah mustawa atau level yang
paling tinggi dari sekedar faqih (memahami agama) dan ‘alim (penguasaan ilmu
dari kitab Allah{ali-Imran:79}). Kedua, Rabbani adalah sebuah kejeniusan
tersendiri yang mampu menggabungkan antara al-fiqh dan al-'ilm dengan beberapa
aspek vital lainnya, yaitu; (1) Al bashiroh bissiyasah, punya sense of politics
yang tinggi. Melek Politik, (2) Al bashiroh bittadbir, wawasan manajerial yang
memadai, (3) Al Qiyamah bi syu'un arra'iyyah wa ma yushlihuhum fi dunyahum wa
dinihim. Pro-rakyat, yakni selalu melaksanakan dan menjalankan segala urusan rakyat
dan segala hal yang membawa kemaslahatan mereka, baik dalam kehidupan dunia
mereka apalagi kehidupan beragama.
'Alim merupakan syarat bagi seorang rabbani, mengingat kedudukan ilmu sangat
penting dalam Islam. Al-‘Allamah DR.Yusuf Al- Qardhawy secara bijak
mengklasifikasikan ilmu-ilmu yang kita perlukan dalam tuntutan zaman yang
semakin berat ini. Yaitu; Ilmu Syariah, Ilmu Bahasa, Ilmu Sejarah, Ilmu Sosial,
Sains dan Teknologi, dan Ilmu yang terkait realitas. Syarat kedua setelah 'alim adalah Faqih (pengetahuan yang mendalam tentang
agama). Kegiatan tafaqquh meliputi paling tidak sepuluh ruang lingkup; (1) Fiqh
ahkam, (2) Fiqh dakwah, (3) fiqh amal jama'i, (4) fiqh muwazzanah
(pertimbangan), (5) fiqh aulawiyat(Prioritas), (6) fiqh sunnah, (7) fiqh Taghyir
(Perubahan), (8) Fiqh Tarikh (Sejarah), (9) Fiqh Waqi'(Kemampuan memahami
realita), dan (10) Fiqh Ikhtilaf (perbedaan).
Setelah capaian itu tercapai semuanya, pada saat itulah perubahan (metamorfosa)
itu akan nampak jelas. Hal ini dilakukan dengan; merekayasa metamorfosa
itu, bercita-cita untuk itu, Tamaddun (peradaban), mengumpulkan aset, punya ide
cemerlang, human resurces, we need 'duit' it, Eksekusi: mengalih ide ke amal
nyata, kapitalisasi aset: menggagas peristiwa, merangkai cerita, dan amal
sehat, kemudian diakhiri dengan do'a yang sempurna. Belajar dari kisah para Nabi. Ada tiga setting dakwah yang bisa diambil dari
kisah Ashabul Kahfi, nabi Musa, dan nabi Sulaiman. Dimana masa ashabul kahfi
sebagai personifikasi dakwah, nabi Musa sebagai pribadi untuk umat, dan nabi
Sulaiman sebagai dakwah super power.
Itulah metamorfosa dakwah dimana ashbul kahfi yang mempunyai keimanan yang kuat
tapi lemah dan tak berdaya sehingga mereka harus pergi, menghindar dari
kezaliman untuk menyelamatkan keimanan mereka. Kemudian datanglah nabi Musa as.
dengan bekal keimanan dan keberanian yang kuat, tapi itu juga ternyata tidak
bisa membuat Fir'aun takluk di tangannya karena tidak adanya kekuasaan yang
mengokohkan kedudukannya. Akhirnya dengan keimanan, keberanian, dan kekuasaan
nabi Sulaimanlah negeri-negeri dapat ditaklukan bertanda berjayanya Agama Allah
pada masa itu.
Ketiga kisah yang termaktub dalam Alquran tersebut mengajarkan tentang Islam
secara keseluruhan, integral. Dimana untuk mencapai kejayaan Islam ada
tahap-tahap seperti itu. Dimulai dengan perenungan terhadap apa yang harus
dilakukan. Kemudian menyiapkan diri priabadi muslim yang rabbani, yang berilmu
dan memahami agamanya secara mendalam. Setelah itu, mengumpulkan kekuatan
dengan menggabungkan pribadi rabbani itu kedalam wadah, ide, pemikiran, dan
visi misi yang sama. Kemudian sama-sama berbuat dan beramal untuk mencapai
kejayaan Islam yang diinginkan bersama tadi. Wallahu a'lam.
(Sumber
dari pkspinyungan.org ditulis oleh:
Jumardi Alumni Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau, kamis 15 Mei 2014)