Budilaksonoputra... Pemerintah melalui KKP meningkatkan produksi budidaya sektor ugang baik udang windu,vanasae, dan udang galah. KKP sedang mengalakkan budidaya udang galah dan padi yang digabung secara bersama dalam satu tempat.
Program Budidaya Ugadi merupakan salah satu langkah meminimalisasi alih fungsi lahan padi. Karena lahan padi sekarang banyak yang beralih fungsi menjadi perkampungan sehingga lahan penghasil produksi pangan berkurang yang akan mengancam persediaan pangan nasional.
Pasar udang galah masih bagus, dan cenderung permintaan udang galah dalam negeri semakin meningkat. Total pasar permintaan udang dalam negeri mencapai 20 ton perhari. Perkiraan setiap tahun kosumsi udang galah yang dibutuhkan terus meningkat, seiring berkembangnya pariwisata di Indonesia. Biasa bila banyak wisatawan yang berkunjung di negeri ini makan permintaan udang galah direstoran-restoran semakin banyak juga.
Program budidaya udang galah dan padi prinsipnya sama dengan yang sudah berjalan pada budaya minapadi. Hanya bedanya pada komoditas yang diperlihara yakni udang. Minapadi yang dilakukan pada model Ugadi yakni minapadi dengan konsep mina tumpang sari yaitu menanam padi, setelah padi berumur 10 hari barulah dilakukan penebaran benih udang galah dengan kepadatan tebar 5 ekor/m2.
Biasanya benih padi yang ditanam dengan cara ditumpang sari dengan udang galah adalah INPARI 13 atau INPARA 5. Keunggulan jenis padi ini adalah tahan terhadap genangan air selama pemeliharaan dan juga memiliki masa pemeliharaan tidak jauh berbeda dengan udang galah.
Tujuan dilakukan tumpang sari UGADI, diharapkan agar pembudidaya dapat menikmati hasil panen yang berlipat dibanding hanya budidaya padi saja. Dengan cara ini juga akan lebih meningkatkan pendapatan petani pembudidaya. Harga udang galah sekarang ini menembus harga Rp. 75.000,-